WATERFLO

infopaytren.com

Halaman

Kamis, 20 Februari 2014

Ki Hajar Dewantara, Pelopor Pendidikan di Indonesia

Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat terkenal di Indonesia, dan masyarakat sering menyebutnya sebagai Bapak Pendidikan. Hal ini bukan semata beliau merupakan seorang penulis yang terkenal pada masanya, namun karena kegigihannya dalam memperjuangkan pendidikan bagi rakyat pribumi.
Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 02 Mei tahun 1889 di kota Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara yang terlahir sebagai keturunan ningrat memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Namun pada tahun 1972 beliau resmi mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara  agar beliau bisa membaur dengan segenap lapisan masyarakat tanpa adanya perasaan minder atau takut karena status sosialnya sebagai keturunan Bangsawan.

Ki Hajar Dewantara pada masanya terkenal sebagai kolumnis yang sangat pedas kritikannya terhadap pemerintahan Belanda. Hal itu ditunjukkannya semasa pemerintahan Belanda hendak meminta sumbangan untuk merayakan pesta kemerdekaan Belanda dari Prancis, Ki Hajar Dewantara atau biasa dipanggil Soewardi  menulis kolom KHD yang sangat terkenal, Andai Aku seorang Belanda yang mengakibatkan  beliau diasingkan ke Belanda pada tahun 1913.

Setelah pulang dari masa pengasingannya, yaitu tahun1919 beliau bekerja keras dalam proyek mendirikan sekolah bagi pribumi. Hal itu akhirnya berhasil di wujudkan pada 3 Juli 1922 dan sekolah yang didirikan diberi nama Perguruan Nasional  Taman Siswa, sekarang lebih dikenal sebagai Taman Siswa. Sayangnya sistem pendidikan yang dikembangkannya tidak mendapat perhatian yang besar dari pemerintah. Memang gelar sebagai bapak Pendidikan sudah disematkan pada beliau, namun pada penerapan pendidikan di sekolah, pemerintah Indonesia masih menggunakan sistem seperti zaman pada saat pemerintahan Hindia-Belanda.

Hal ini sangat disayangkan, karena pendidikan di Taman Siswa lebih kearah pada keahlian, minat dan bakat siswa sebenarnya jauh lebih baik. Benyamin S merupakan lulusan dari Taman Siswa, dan beliau mengungkapkan betapa bangganya dia pernah mengenyam pendidikan di tempat tersebut, karena di tempat tersebut diajarkan agar kita mencintai adat dan kebudayaan bangsa sendiri, dan tidak sepatutnya a merasa malu dengan bangsa lain, karena bangsa kita merupakan bangsa yang kaya akan budaya dan memiliki nilai luhur yang tinggi. Semoga pemerintah kita bisa menghidupkan kembali taman siswa pada masa mendatang.

0 komentar:

Posting Komentar